DINASTI UMAYYAH
A. Berdirinya Dinasti Umayah
Nama daulah
Umayyah berasal dari nama Umayyah Ibn ‘Abdi Syams Ibn ‘Abdi Manaf,[1]
yaitu salah seorang dari pemimpin kabilah Quraisy pada zaman jahiliyah[2].
Bani Umayyah baru masuk agama Islam setelah mereka tidak menemukan jalan lain
selain memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad bersama beribu-ribu pengikutnya
yang benar-benar percaya terhadap kerasulan dan kepemimpinan beliau menyerbu
masuk ke dalam kota Makkah.
Memasuki
tahun ke 40 H/660 M, banyak sekali pertikaian politik dikalangan ummat Islam,
puncaknya adalah ketika terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Thalib oleh Ibnu
Muljam. Pembunuh tersebut disinyalir dari golongan Khawarij yang merasa bahwa
perpecahan ummat Islam adalah disebabkan oleh tiga orang, yaitu: Ali bin Abi
Thalib, Mu’awiyah, dan ‘Amr bin al ‘Ash.
Setelah
khalifah terbunuh, kaum muslimin diwilayah Irak mengangkat al-Hasan putra
tertua Ali sebagai khalifah yang sah. Sementara itu Muawiyah sebagi gubernur
propinsi Suriah (Damaskus) juga menobatkan dirinya sebagai Khalifah.
Namun karena Hasan ternyata lemah sementara Mu’awiyah bin Abi Sufyan bertambah kuat, maka Hasan bin Ali membuat perjanjian damai yang berisi:
1. Agar Muawiyah tidak menaruh dendam terhadap seorang pun dari penduduk Irak.
2. Agar pajak tanah negeri ahwaz diberikan kepada Hasan setiap tahun.
3. Muawiyah membayar kepada saudaranya Husein sebanyak 2 juta dirham.
4. Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan penduduk Irak.
5. Pemberian kepada bani Hasyim haruslah lebih banyak daripada bani Abdu Syam.
6. Jabatan sesudah khalifah sesudah Muawiyah harus diputuskan berdasarkan musyawarah diantara kaum Muslimin.
Namun karena Hasan ternyata lemah sementara Mu’awiyah bin Abi Sufyan bertambah kuat, maka Hasan bin Ali membuat perjanjian damai yang berisi:
1. Agar Muawiyah tidak menaruh dendam terhadap seorang pun dari penduduk Irak.
2. Agar pajak tanah negeri ahwaz diberikan kepada Hasan setiap tahun.
3. Muawiyah membayar kepada saudaranya Husein sebanyak 2 juta dirham.
4. Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan penduduk Irak.
5. Pemberian kepada bani Hasyim haruslah lebih banyak daripada bani Abdu Syam.
6. Jabatan sesudah khalifah sesudah Muawiyah harus diputuskan berdasarkan musyawarah diantara kaum Muslimin.
Perjanjian
tersebut dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik
dibawah pimpinan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Pada tahun 41 H (661 M) merupakan
tahun persatuan, yang dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama’ah (‘Am al
Jama’ah).
Sepeninggal
Rasulullah, Bani Umayyah sesungguhnya telah menginginkan jabatan penggati Rasul
(Khalifah), tetapi mereka belum berani menampakkan cita-citanya itu pada masa
Abu Bakar dan Umar. Baru setelah Umar meninggal, yang penggantinya diserahkan
kepada hasil musyawarah enam orang sahabat, Bani Umayyah menyongkong pencalonan
Utsman secara terang-terangan, hingga akhirnya Utsman terpilih. Sejak saat itu
mulailah Bani Umayyah meletakan dasar-dasar untuk menegakan Khalifah Umayyah.
Pada masa pemerintahan Utsman inilah Mu’awiyyah mencurahkan segala tenaganya
untuk memperkuat dirinya, dan menyiapkan daerah Syam (Syiria) sebagi pusat
kekuasaanya di kemudian hari.
Oleh
Muawiyah ibu kota Negara dipindah dari Madinah ke Damaskus[3],
tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. Pemerintahan yang sebelumnya
bersifat demokratis dirubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun).Muawiyah
memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi
baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan terseebut. Dia menyebutnya
“khalifah Allah” dalam pengertian penguasa yang diangkat oleh Allah[4].
Kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus
berlangsung selama 91 tahun (41 – 132 hijriah atau 661 – 750 M) dengan 14
khalifah yang dimulai dari Umayyah bin Abi Sufyan dan diakhiri Marwan ibn
Muhammad.
B.
Pola Pemerintahan Dinasti Umayyah
Untuk mengamankan tahtanya dan memperluas batas
wilayah Islam, Muawiyah sangat mengandalkan orang-orang Suriah yang kebanyakan
terisi dari bangsa Yaman dan mengenyampingkan umat Islam pendatang dari Hijaz.
Para sejarawan mengatakan bahwa orang-orang Suriah itu sangat menjunjung tinggi
kesetian terhadap khalifah Bani ini.
Sebagai organisator militer, Muawiyah adalah yang paling unggul diantara rekan-rekan se-zamannya. Ia mencetak bahan mentah yang berupa pasukan Suriah menjadi satu kekuatan militer Islam yang terorganisir dan berdisiplin tinggi. Ia menghapus sistem pemerintahan yang tradisional, pemerintahan yang berdasarkan kesukuan dan mengadopsi kerangka pemerintahan Bizantium, ia membangun sebuah Negara yang stabil dan terorganisir.
Ketika berkuasa, Muawiyah telah banyak melakukan perubahan besar dan menonjol di dalam pemerintahan negeri waktu itu. Mulai dari pembentukan angkatan darat yang kuat dan efisien, dia juga merupakan khalifah pertama yang yang mendirikan suatu departemen pencatatan (diwanulkhatam) yang fungsinya adalah sebagai pencatat semua peraturan yang dikeluarkan oleh khalifah, kemudian disalin dalam sebuah daftar yang kemudian yang asli harus disegel dan dikirim ke alamat yang di tuju. Dia juga telah mendirikan diwanulbarid yang memberi tahu pemerintah pusat tentang apa yang sedang terjadi di dalam pemerintahan provinsi. Dengan cara ini, Muawiyah melaksanakan kekuasaan pemerintahan pusat.
Pada 679 M, Muawiyah menunjuk puteranya Yazid untuk menjadi penerusnya, serta memerintahkan berbagai utusan provinsi untuk datang dan mengucapkan baiat. Ketika itulah ia memperkenalkan sistem pemerintahan turun temurun[5] yang setelah itu diikuti oleh oleh dinasti-dinasti besar Islam, termasuk dinasti Abbasiyah.
Pada perkembangan berikutnya, setiap khalifah mengikuti contoh itu, yaitu menobatkan salah seorang anak atau kerabat sukunya yang dipandang cakap untuk menjadi penerusnya, dan memastikan setiap orang menyatakan sumpah setia kepadanya, diawali dari ibu kota, kemudian diikuti oleh berbagai penjuru kota besar kerajaan.
Sebagai organisator militer, Muawiyah adalah yang paling unggul diantara rekan-rekan se-zamannya. Ia mencetak bahan mentah yang berupa pasukan Suriah menjadi satu kekuatan militer Islam yang terorganisir dan berdisiplin tinggi. Ia menghapus sistem pemerintahan yang tradisional, pemerintahan yang berdasarkan kesukuan dan mengadopsi kerangka pemerintahan Bizantium, ia membangun sebuah Negara yang stabil dan terorganisir.
Ketika berkuasa, Muawiyah telah banyak melakukan perubahan besar dan menonjol di dalam pemerintahan negeri waktu itu. Mulai dari pembentukan angkatan darat yang kuat dan efisien, dia juga merupakan khalifah pertama yang yang mendirikan suatu departemen pencatatan (diwanulkhatam) yang fungsinya adalah sebagai pencatat semua peraturan yang dikeluarkan oleh khalifah, kemudian disalin dalam sebuah daftar yang kemudian yang asli harus disegel dan dikirim ke alamat yang di tuju. Dia juga telah mendirikan diwanulbarid yang memberi tahu pemerintah pusat tentang apa yang sedang terjadi di dalam pemerintahan provinsi. Dengan cara ini, Muawiyah melaksanakan kekuasaan pemerintahan pusat.
Pada 679 M, Muawiyah menunjuk puteranya Yazid untuk menjadi penerusnya, serta memerintahkan berbagai utusan provinsi untuk datang dan mengucapkan baiat. Ketika itulah ia memperkenalkan sistem pemerintahan turun temurun[5] yang setelah itu diikuti oleh oleh dinasti-dinasti besar Islam, termasuk dinasti Abbasiyah.
Pada perkembangan berikutnya, setiap khalifah mengikuti contoh itu, yaitu menobatkan salah seorang anak atau kerabat sukunya yang dipandang cakap untuk menjadi penerusnya, dan memastikan setiap orang menyatakan sumpah setia kepadanya, diawali dari ibu kota, kemudian diikuti oleh berbagai penjuru kota besar kerajaan.
C.
Ekspansi Wilayah Dinasti Umayyah
Dijaman Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukkan. Disebelah timur, Muawiyah
dapat menguasai daerah Khurasan sampai kesungai Oxus dan Afganistan sampai ke
Kabul. Angkatan lautnya melakukan
serangan-serangan ke Ibu Kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang
dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abd Al-Malik, dia
menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Baikh, Bukhara,
Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Mayoritas penduduk dikawasan ini kaum
Paganis. Pasukan islam menyerang wilayah Asia Tengah pada tahun 41H / 661M.
pada tahun 43H / 663M mereka mampu menaklukkan Salistan dan menaklukkan
sebagian wilayah Thakaristan pada tahun 45H / 665M. Mereka sampai kewilayah
Quhistan pada tahun 44H / 664M. Abdullah Bin Ziyad tiba dipegunungan Bukhari.
Pada tahun 44H / 664M para tentaranya datang ke India dan dapat menguasai
Balukhistan,Sind, dan daerah Punjab sampai ke Maitan.
Ekspansi kebarat secara besar-besaran dilanjutkan dijaman Al-Walid Ibn Abd
Abdul Malik (705M-714M)[6].
Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran dan ketertiban.
Umat islam merasa hidup bahagia, tidak ada pemberontakan dimasa pemerintahanya.
Dia memulai kekuasaannya dengan membangun Masjid Jami’ di Damaskus.
Masjid Jami’ ini dibangun dengan sebuah arsitektur yang indah, dia juga
membangun Kubbatu Sharkah dan memperluas masjid Nabawi, disamping itu juga
melakukan pembangunan fisik dalam skala besar.
Pada masa pemerintahannya terjadi penaklukan yang demikian luas, penaklukan
ini dimulai dari Afrika utara menuju wilayah barat daya, benua eropa yaitu pada
tahun 711M. Setelah Al Jazair dan Maroko dapat ditaklukkan, Tariq Bin Ziyad
pemimpin pasukan islam dengan pasukannya menyebrangi selat yang memisahkan antara
Maroko dengan Benua Eropa dan mendarat disuatu tempat yang sekarang dikenal
nama Bibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan, dengan demikian
Spanyol menjadi sasaran ekspansi[7].
Selanjutnya Ibu Kota Spanyol Kordova dengan cepatnya dapat dikuasai,
menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira, dan Toledo[8]
yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova. Pasukan
islam memperoleh dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat
kekejaman penguasa. Pada masa inilah pemerintah islam mencapai wilayah yang
demikian luas dalam rentang sejarahnya, dia wafat pada tahun 96H / 714M dan
memerintah selama 10 tahun.
Dijaman Umar Ibn Ab Al-Aziz masa pemerintahannya diwarnai dengan banyak
Reformasi dan perbaikan. Dia banyak menghidupkan dan memperbaiki tanah-tanah
yang tidak produktif[9],
menggali sumur-sumur baru dan membangun masjid-masjid. Dia mendistribusikan
sedekah dan zakat dengan cara yang benar hingga kemiskinan tidak ada lagi
dijamannya. Dimasa pemerintahannya tidak ada lagi orang yang berhak menerima
zakat ataupun sedekah. Berkat ketaqwa’an dan kesalehannya, dia dianggap sebagai
salah seorang Khulafaur Rasyidin. Penaklukan dimasa pemerintahannya pasukan
islam melakukan penyerangan ke Prancis dengan melewati pegunungan Baranese
mereka sampai ke wilayah Septomania dan Profanes, lalu melakukan pengepungan
Toulan sebuah wilayah di Prancis. Namun kaum muslimin tidak berhasil mencapai
kemenangan yang berarti di Prancis. sangat sedikit terjadi perang dimasa
pemerintahan Umar. Dakwah islam marak dengan menggunakan nasehat yang penuh
hikmah sehingga banyak orang masuk islam, masa pemerintahan Umar Bin Abd Aziz
terhitung pendek.
Dijaman Hisyim Ibn Abd Al-Malik (724-743M) pemerintahannya
dikenal dengan adanya perbaikan-perbaikan dan menjadikan tanah-tanah produktif.
Dia membangun kota Rasyafah dan membereskan tata administrasi. Hasyim dikenal
sangat jeli dalam berbagai perkara dan pertumpahan darah. Namun dia dikenal
sangat kikir dan pelit. Penaklukan dimasa pemerintahannya yang dipimpin oleh
Abdur Rahman Al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeau, Poitiers, dari sana
ia mencoba menyerang Tours. Namun dalam peperangan yang terjadi diluar kota
Tours, Al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Prancis pada tahun
114H / 732M. peristiwa penyerangan ini merupakan peristiwa yang sangat membahayakan
Eropa.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik ditimur maupun barat.
Wilayah kekuasaan islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah
itu meliputi Spanyol, Afrika utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian
Asia kecil, Persia, Afganistan, India, dan negeri-negeri yang sekarangdinamakan
Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia[10].
Khususnya dibidang Tashri, kemajuan
yang diperoleh sedikit sekali, sebab kurangnya dukungan serta bantuan
pemerintah (kerajaan) waktu itu. Baru setelah masa khalifah Umar Bin Abd
Al-Aziz kemajuan dibidang Tashri mulai meningkat, beliau berusaha
mempertahankan perkembangan hadits yang hampir mengecewakan, karena para
penghafal hadits sudah meninggal sehingga Umar Bin Abd Al-Aziz berusaha untuk
membukukan Hadits.
Meskipun keberhasilan banyak dicapai
dinasti ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap
stabil. Muawiyah tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan Ibn Ali ketika
dia naik tahta yang menyebutkan bahwa persoalan pergantian pemimpin setelah
Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat islam. Deklarasi pengangkatan anaknya
Yazid sebagai putra mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi
dikalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali
dan berkelanjutan.
D.
Kemajuan Dinasti Umayyah
Pada masa Bani Umayah beberapa kemajuan di bebagai
sektor berhasil dicapai. Antara lain dibidang arsitektur, perdagangan,
organisasi militer dan seni.
1. Arsitektur
Pada masa Bani Umayah bidang arsitektur maju pesat. Terlihat dari bangunan-bangunan artistik serta masjid-masjid yang memenuhi kota. Kota lama pun dibangun menjadi kota modern. Mereka memadukan gaya Persia dengan nuansa Islam yang kental di setiap bangunannya.
Adapun pada masa Walid dibangun sebuah masjid agung yang terkenal dengan sebutan Masjid Damaskus yang diarsiteki oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Sedangkan kota baru yang dibangun di zaman ini adalah Kota Kairawan. Didirikan oleh Uqbah bin Nafi ketika dia menjabat sebagai gubernur.
2. Organisasi militer
Di zaman ini militer dikelompokkan menjadi 3 angkatan. Yaitu angkatan darat (al-jund), angkatan laut (al-bahiriyah) dan angkatan kepolisian. Kemajuan Sistem Militer adalah salah satu kemajuan yang paling menonjol pada masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah adalah kemajuan dalam system militer. Selama peperangan melawan kakuatan musuh, pasukan arab banyak mengambil pelajaran dari cara-cara teknik bertempur kemudian mereka memadukannya dengan system dan teknik pertahanan yang selama itu mereka miliki, dengan perpaduan system pertahanan ini akhirnya kekuatan pertahanan dan militer Dinasti Bani Umayyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat baik dengan kemajuan-kemajuan dalam system ini akhirnya para penguasa dinasti Bani Umayyah mampu melebarkan sayap kekuasaannya hingga ke Eropa.Secara garis besar formasi kekuatan tentara Bani Umayyah terdiri dari pasukan berkuda, pasukan pejalan kaki dan angkatan laut.
3. Perdagangan
Setelah Bani Umayah berhasil menaklukkan bebagai wilayah, jalur perdangan jadi semakin lancar. Ibu kota Basrah di teluk Persi pun menjadi pelabuhan dagang yang ramai dan makmur, begitu pula kota Aden.
4. Kerajinan
Ketika khalifah Abdul Malik menjabat, mulailah dirintis pembuatan tiras (semacam bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan.
1. Arsitektur
Pada masa Bani Umayah bidang arsitektur maju pesat. Terlihat dari bangunan-bangunan artistik serta masjid-masjid yang memenuhi kota. Kota lama pun dibangun menjadi kota modern. Mereka memadukan gaya Persia dengan nuansa Islam yang kental di setiap bangunannya.
Adapun pada masa Walid dibangun sebuah masjid agung yang terkenal dengan sebutan Masjid Damaskus yang diarsiteki oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Sedangkan kota baru yang dibangun di zaman ini adalah Kota Kairawan. Didirikan oleh Uqbah bin Nafi ketika dia menjabat sebagai gubernur.
2. Organisasi militer
Di zaman ini militer dikelompokkan menjadi 3 angkatan. Yaitu angkatan darat (al-jund), angkatan laut (al-bahiriyah) dan angkatan kepolisian. Kemajuan Sistem Militer adalah salah satu kemajuan yang paling menonjol pada masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah adalah kemajuan dalam system militer. Selama peperangan melawan kakuatan musuh, pasukan arab banyak mengambil pelajaran dari cara-cara teknik bertempur kemudian mereka memadukannya dengan system dan teknik pertahanan yang selama itu mereka miliki, dengan perpaduan system pertahanan ini akhirnya kekuatan pertahanan dan militer Dinasti Bani Umayyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat baik dengan kemajuan-kemajuan dalam system ini akhirnya para penguasa dinasti Bani Umayyah mampu melebarkan sayap kekuasaannya hingga ke Eropa.Secara garis besar formasi kekuatan tentara Bani Umayyah terdiri dari pasukan berkuda, pasukan pejalan kaki dan angkatan laut.
3. Perdagangan
Setelah Bani Umayah berhasil menaklukkan bebagai wilayah, jalur perdangan jadi semakin lancar. Ibu kota Basrah di teluk Persi pun menjadi pelabuhan dagang yang ramai dan makmur, begitu pula kota Aden.
4. Kerajinan
Ketika khalifah Abdul Malik menjabat, mulailah dirintis pembuatan tiras (semacam bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan.
5. Imu
pengetahuan[11]
1.
Pengembangan bahasa arab
2.
Marbad kota pusat kegiatan ilmu
3.
Ilmu qiraat
4.
Ilmu tafsir
5.
Ilmu hadits
6.
Ilmu fiqhi
7.
Ilmu nahwu
8.
Ilmu jughrafi dan tarikh
9.
Usaha penerjemahan
E.
Keruntuhan Dinasti Umayah
Ada beberapa faktor yang menyebabkan lemah dan
membawanya pada kehancuran, yaitu sebagai berikut:[12]
1.
Sistem pergantian khalifah melalui
garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab, yang lebih
menentukan aspek senioritas, pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem
pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di
kalangan anggota keluarga istana.
2.
Latar belakang terbentuknya Dinasti
Umayyah tidak dapat dipisahkan dari berbagai komflik politik yang terjadi di
masa Ali, sehimgga sisa-sisa syi’ah (pengikut Ali) dan khawarij terus menjadi
gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun
secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan bani Umayyah.
3.
Pada masa kekuasaan Bani Umayyah,
pertentangan etnis antara suku Arabi Utara (Bani Qais) dan Arab Selatan (Bani Kalb) yang suda ada sejak zaman sebelum
Islam semakin runcing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah
sulit untuk menggalang persatuan dan kesatuan.
4.
Sikap mewah di lingkungan istana
sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan
takkala mereka mewarisi kekuasaan.
5.
Munculnya kekuatan baru yang
dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abbas Al-Muthalib[13].
Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan Syi’ah dan kaum Mawali
yang merasa dikelasduakan oleh pemerintah Bani Umayyah[14]
DAFTAR PUSTAKA
1.
Drs.
Samsul Munir Amin,M.A.,Sejarah peradaban Islam,2009,hal.13
2.
Syalabi, Sejarah dan
Kebudayaan Islam III (Jakarta: PT. al-Husna Zikra, 1997), hal. 34.
3.
Dr.
Badri Yatim M.A,sejarah peradaban Islam,2000, hal.48-49
4.
Ahamad
Amin, op. Cit.,104
5. Abu A’lla Al-Maududi,khilafah dan kerajaan,(bandung:Mizan.1984)
6. Ahmad Al-Usyairi, Sejarah islam sejak zaman Nabi Adam hingga
Abad XX,Jakarta:Akbar,2006,hlm.181
[1] . Drs.
Samsul Munir Amin,M.A.,Sejarah peradaban Islam,2009,hal.118
[2] . Ahmad
Al-Usyairi, Sejarah islam sejak zaman Nabi Adam hingga Abad
XX,Jakarta:Akbar,2006,hlm.181
[3] .Dr.
Badri Yatim M.A,sejarah peradaban Islam,2000,hal.43
[4] .Abu
A’lla Al-Maududi,khilafah dan kerajaan,(bandung:Mizan.1984)
[5].Dr.
Badri Yatim M.A,sejarah peradaban Islam,2000,hal.43
[6] .Dr.
Badri Yatim M.A,sejarah peradaban Islam,2000,hal.43
[7] . Dr. Badri Yatim M.A,sejarah peradaban Islam,2000,hal.43
[8] . Drs.
Samsul Munir Amin,M.A.,Sejarah peradaban Islam,2009,hal.131
[9] .Ahamad
Amin, op. Cit.,104
[10] .Drs.
Samsul Munir Amin,M.A.,Sejarah peradaban Islam,2009,hal.129
[11] . Drs.
Samsul Munir Amin,M.A.,Sejarah peradaban Islam,2009,hal.135
[12] . Drs.
Samsul Munir Amin,M.A.,Sejarah peradaban Islam,2009,hal.137
[13] . A. Syalabi, Sejarah dan
Kebudayaan Islam III (Jakarta: PT. al-Husna Zikra, 1997), hal. 34.
[14] . Dr. Badri Yatim M.A,sejarah peradaban
Islam,2000, hal.48-49