KADERISASI DAN KUALITAS KEPEMIMPINAN
A.
PENDAHULUAN
Organisasi menjadi alat yang ampuh untuk
mempercepat pencapaian tujuan. Manusia berhimpun dalam suatu kelompok atau
organisasi untuk memadukan kemampuannya sehingga diperoleh sinergi yang kuat
dalam mewujudkan tujuan bersama. Dengan adanya wadah, maka timbul usaha untuk
mengaturnya, mulai dari pembagian kerja, komunikasi antarindividu, pemberian
upah atau gaji, kenaikan pangkat atau golongan, serta timbulnya strata atau
hierarki dalam organisasi. Semakin berkembang menjadi besar suatu organisasi,
semakin kompleks pula masalah yang dihadapi, terutama masalah yang berkaitan dengan
sumber daya manusia (SDM), tuntutan organisasi dengan keinginan tiap-tiap
anggota organisasi, stabilitas dengan inovasi, perkembangan dinamika organisasi
dengan birokrasi yang sempit, dan sebagainya.
Proses
tersebut tidak akan pernah berhenti. Persoalan yang muncul adalah bagaimana
pemimpin suatu organisasi dapat mengatasi serta menyelaraskan segala macam
persoalan tersebut untuk mendukung tercapainya tujuan organisasi. Oleh sebab itu
diperlukan seorang pemimpin yang mampu mengitkuti perkembangan serta gerak
masyarakat yang berkembang bahkan terkadang sangat cepat.
Perkemabangan
kepemimpinan yang sngat cepat menimbulkan berbagai usaha untuk meningkatkan
kualitas kepemimpinan melalui berbagai cara di dalam menghadapi perkembangan,
dinamika masyarakat, serta berbagai macam sikap masyarakat dewasa ini.
Kesadaran
dan pemahaman tentang segala aspek kepemimpinan seperti prinsip-prinsip,
persyaratan, dan fungsi-fungsi kepemimpinan sangat berpengaruh dalam
tercapainya kualitas kepemimpinan yang baik. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu
sumber yang dapat dimanfaatkan untuk merangsang kesadaran bahwa kepemimpinan di
sini berperan dalam kehidupan berorganisasi.
Seorang
pemimpin yang baik diharapkan dapat memahami segala aspek perilaku kepemimpinan
dan mengetahui kapan fungsi kepemimpinan diperlukan. Pemimpin yang baik perlu
memiliki tiga macam kesadaran, yaitu: sadar kapan pemimpin itu diperlukan dalam
situasi tertentu, sadar akan perubahan tata nilaibaik dalam lingkungan unit
kerjanya maupun dalam masyarakat, dan sadar betapa pentingnya kepemimpinan yang
efektif yang mampu menggerakan orang lain bekreja seefektif mungkin.
Untuk
mendapatkan pemimpin yang baik di masa searang dan yang aan datang perlu adanya
kaderisasi kepemimpinan yang berkualitas sehingga dapat mengahasilkan
pemimpin-pemimpin yang mampu mempertanggungjawabkan apa yang dipimpinnya dan
mampu membawa organisasi menjadi organisasi yang maju dan terhindar dari KKN.
B.
KADERISASI KEPEMIMPINAN
Kader
diartikan sebagai orang yang diharapkan akan memegang jabatan atau pekerjaan
penting di suatu organisasi seperti pemerintahan, partai, dan lain-lain.
Sedangkan pengkaderan adalah proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk
seseorang menjadi kader. Kaderisasi
kepemimpinan berarti proses mempersiapkan seseorang menjadi pemimpin pengganti
di masa depan, yang akan memikul tanggungjawab penting di lingkungan suatu
organisasi.
Kaderisasi
diperlukan karena manusia termasuk yang sedang menjabat sebagai pemimpin, suatu
saat pasti akan mengakhiri masa kepemimpinannya, baik dikehendaki ataupun
tidak. Dalam pelaksanaan proses kaderisasi terdiri dari dua macam yaitu
kaderisasi informal dan kaderisasi formal.
1. Kaderisasi
Informal
Seorang pemimpin yang berkualitas tidak bisa dictak
dalam jangka waktu yang singkat, akan tetapi memerlukan jangka waktu yang cukup
lama. Seluruh kehidupan seseorang sejak masa kanak-kanak dan masa remaja
merupakan masa kaderisasi sebagai upaya membentuk pribadi yang ugnngul dalam
segala aspek sehingga mampu bersaing.
Kepribadian positif harus senantiasa dipupuk sejak
dini dan selamanya. Dari proses tersebutlah seorang dapat mengurangi, mengubah,
dan bahkan menghilangkan aspek-aspek negatif. Orang tua (lingkungan tampat tinggal)
berperan besar dalam dalam pengembangan pribadi positif ini. Karena di sekolah
misalnya, berfokus pada kurikulum, waktu belajar dan pengajarnyapun terbatas,
dan berorientasi pada intelektual saja. Inilah yang dikatakan sebagai
kaderisasi informal yakni proses pengkaderan oleh lingkungan tempat tinggal dan
bersosialisasi.
Dalam kaderisasi informal terdapat beberapa
indikator calon pemimpin yang berkepribadian positif dalam merebut kempemiminan
dilakukanya dengan gigih berdasarkan prestasi, loyalitas, dan memiliki sikap
pasrah kepada Tuhan YME sebagai penentu mutlak. Oleh karena itu, keaktifan dan
kebersamaan antara senior dan generasi mudanya dalam mengerjakan segala sesuatu
yang baik dan bermanfaat guna menghasilkan calon pemimpin yang berkualitas sangatlah
penting. Sebaliknya, harus aktif pula menghindari atau tidak mengerjakan
sesuatu yang akan berakibat dihasilkan calon pemimpin yang buruk kualitasnya.
Dengan demikian generasi yang terdahulu harus seringkali memberikan contoh dan
keteladanan, bimbingan, dan arahan agar generasi muda menyerap secara baik guna
mempersiapkan dirinya sebagai pemimpin dengan memperlihatkan akhlak yang baik.
2. Kaderisasi
Formal
Jenis kaderisasi ini menunjukan bahwa dalam
mempesiapkan calon pemimpin dilakukan usaha secara berencana, teratur, tertib,
sistematis, terarah, dan disengaja. Bahkan usaha ini dapat dilakukan secara
kelembagaan sehingga makin jelas keformalannya. Dalam proses kaderisasi ini
mengikuti kurikulum yang harus ditempuh dalam jangka waktu tertentu yang berisi
teori dan praktik tentang kepemimpinan serta bahan-bahan pendukung lainya.
Kaderisasi formal memilik keuntungan karena
mempunyai daya dorong bagi peningkatan prestasi melalui kompetisi yang sehat,
dan mampu menjadi motivasi untuk menumbuhkan kerja sama, karena untuk
berprestai tidak mungkkin dilakukan sendiri.
Usaha kaderisasi intern yang bersifat formal, dapat
ditempuh dengan beberapa cara, di antaranya:
·
Memberi
kesempatan menduduki jabatan pemimpin pembantu.
·
Latihan
kepemimpina di dalam atau luar organisasi.
·
Memberikan tugas
belajar.
·
Penugasan
sebagai pucuk pimpina suatu unit.
Sedangkan kaderisasi ekstern bersifat formal dapat
dilakukan langkah sebagai berikut.
·
Menyeleksi
sejumlah generasi muda lulusan lembaga pendidikan jnis dan jenjang tertentu,
untuk diangkat menjadi pimpinan di suatu unit yang sesuai atau ditugaskan
magang sebelum ditugaskan memimpin unit yang dimaksud.
·
Menyeleksi
sejumlah generasi muda lulusan lembaga pendidikan jnis dan jenjang tertentu,
untuk disekolahkan ke jenjang yang lebih tinggi di dalam atau luar negeri.
·
Memesan sejumlah
pemuda dari lembaga pendidikan formal dengan program khusus atau spesialisasi,
sesuai dengan bidang yang dikelola oleh organisasi pemesan.
·
Menerima sejmlah
generasi muda dari suatu lembaga yang melakukan kerja praktik dilingkungan
organisasi. Dan apabila dinilai memenuhi syarat untuk dikader menjadi pemimpin,
dapat ditawari pekerjaan setelah lulus.
·
Memberikan
beasiswa pendidikan kepada anak-anak yatim piatu atau yang orang tuanya tidak
mampu sebagai siswa atau mahasiswa berprestasi sesuai kebutuhan organisasi. Dan
langsung ditempatkan pada jalur yang memberi peluang dia menjadi pemimpin.
C.
HAK ASASI
MANUSIA DALAM KEPEMIMPINAN
Dalam TAP MPR RI no. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia dan Unesco 1999 bahwa hak asasi manusia adalah anugrah Tuhan Yang Maha
Esa yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal, dan abadi,
berkaitan dengan harkat dan martabat manusia.
Hak-hak asasi manusia pada dasarnya berarti
kebebasan individu dalam mengaktualisasi diri sesuai dengan harkatnya sebagai
manusia. Harkat manusia itu menyangkut tiga aspek, yakni:
a) Harkat
manusia sebagai individu
Hak
asasi manusia yang utama adalah hak hidup dan keselamatan diri. Setiap manusia
mempunyai hak untuk mendapat perlindungan diri secara jasmani dari ancaman
manusia lainya. Untuk itulah pemerintah sebagai pemimpin organisasi
kemasyarakatn terbesar berkewajiban untuk memberikan perlindungan kepada
masyarakatnya, menghukum pelaku berbagai tindak kejahatan. Selain itu
pemerintah juga berkewajiban memberikan jaminan keselamatan kerja bagi
masyarakatnya,
b) Harkat
manusia sebagai makhluk sosial
Manusia memang dicipta sebagai makhluk yang tidak
mampu hidup sendiri. Untuk kebutuhan hidupnya manusia saling membutuhkan dan
harus saling tolong menolong dan menyelesaikan masalah kehidupan masing-masing.
Untuk itu manusia harus menjalin hubungan yang harmonis antara manusia satu
dengan yang lainya. Dengan kata lain manusia hanya akan berhasil mewujudkan
kehidupan yang harmonis, dalam suasana saling mengasihi.
Namun, pada kenyataanya dalam kehidupan bersama itu
kerap kali terdapat permusuhan, penekanan, penindasan, dan sebagainya, tidak
saja oleh pihak penguasa namun juga dari sesama anggota masyarakat. Dalam
keadaan yang demikian ini manusia menuntut untuk mendapatkan prlindungan hak
asasi yang memungkinkannya untuk mewujudkan kehidupan bersama secara efektif.
Di sinilah diharapkan peran pemimpin untuk memberi perlindungan yan dituntut
tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hak asasi sebagai makhluk
sosial pada dasranya bersumber dari hak asasi individu sebagai makhlluk
pribadi, namun berpengaruh besar terhadap perwujudan hidup bersama yang
harmonis.
c) Harkat
manusia sebagai makhluk Tuhan YME
Kehidupan
manusia di bumi ini merupakan karunia Tuahn Yang Maha Esa, yang diberikan tanpa
kesempatan untuk memilih. Manusia patut menyadari bahwa semua kondisi yang
melekat pada dirinya dan semua kondisi di luar dirinya adlah milik Tuhan yang
dipinjamkan sementara waktu pada manusia. Pinjaman yang berharga itu ialah
harkat sebagai manusia, yang berbeda dari makhluk yang diciptakan sebagai
penghuni yang sama di bumi ini. Harkat kemanusiaan itu menempatkan manusia
sebagai makhluk yang mulia dibanding makhluk lainnya. Untuk mempertahankan,
memelihara, dan meningkatkan harkat yang mulia itu, selain manusia dibekali
akal,perasaan, dan nafsu yang hanya befungsi dalam satu kesatuan ubuh (fisik),
juga di bekali-Nya dengan agama.
Dari
segi kepemimpinan, yang penting diwujudkan adalah usaha untuk membangun
kerjasama agar semua anggpta organisasi terpanuhi hak asasinya sebagai manusia
yang memiliki harkat yang mulia.
D.
PENINGKATAN
KUALITAS KEPEMIMPINAN
Peningkata kualitas kepemimpina berarti usaha meningkatkan kualitas kepemimpinan harus dilakukan
secara terus-menerus, mengingat kondisi kehidupan masyarakat yang dinamis.
Usaha itu harus dimulai dari pengembangan kemampuan berpikirnya, agar
berlangsung sebagai proses yang efektif, dlam membuat keputusan yang akan
mengawali aktivitas kepemimpinan dalam mengerakkan orang-orang yang dipimpin.
Peningkatan kualitas kepemimpina harus dilakukan
sebagai usaha pengembangan kemampuan daam memecahkan masalah, melalui proses
mengikut sertakan atau meningkatkan peran serta orang-orang yang dipimpin.
Dengan kata lain memberdayakan anggota dalam suatu organisasi yang dipimpin.
Usaha – usaha tersebut d antaranya:
1.
Berpikir Efektif
dalam Menetapkan Keputusan
Berfikir merupakan potensi psikis yang sangat istimewa,
yang kualitasnya pada manusia jauh melampaui kemampuan berfikir yang diberikan
Tuhan yang maha esa pada hewan, sebagai mahluk ciptaan-Nya yang sama-sama
penghuni bumi. Dalam sejarah berfikir manusia ternyata dengan kemampuannya itu,
manusia telah berusaha memikirkan segala sesuatu, termasuk juga berfikir
mengenai proses berfikir itu sendiri.
Proses
berpikir dalam diri seseorang
![*](file:///C:%5CUsers%5CNAJAMU%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image001.png)
![*](file:///C:%5CUsers%5CNAJAMU%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image001.png)
Ada
beberapa indikator dalam berpikir efektif, yaitu:
Proses berpikir
tidak boleh dlakukan secara emosional, mempertimbangkan masukan dari orang
lain(masukan/kritikan), bersifat realistis, dan bebas dari prasangka.
2. Mengkomunikasikan
Hasil Berpikir
Hasil berfikir
seseorang yang cemerlang tidak ada artinya jika tidak dinyatakan dan
dikomunikasikan. Hasil berfikir yang ada dalam pikiran tidak pernah diketahui
orng lain selama tidak dinyatakan secara lisan atau tertulis atau bentuk
tindakan/perilaku. Demikian juga bagi seseorang pemimpin, hasil berpikirnya
tidak akan berfungsi dalam menggerakan anggota organisasinya, jika tidak
dikomunikasikan secara efektif.
3. Meningkatkan
Partisipasi dalam Memecahkan Masalah
Kemampuan membina kerjasama berarti mampu mendorong
dan memanfaatkan parsipasi anggota organisasi secara efektif dan efisien.
Partispasi dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan, yang dapat disebuut sebagai
partisipasi dalam memeahkan masalah. Hal ini aka bermuara pada pengembangan
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas secara operasional. Partisipasi anggota
kelompok dapat dibedakan menjadi dua yaitu fisik dan non fisik.
4. Menggali
dan Meningkatkan Kreativitas
Proses menggali dan meningkatkan kreativitas
anggotaorganisasi dapat dilakukan dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil
untuk berdiskusi dan menilai kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan. Usaha
lain yang dapat dilakukan ialah dengan menimbulkan rasa bangga terhadap
eberhasilan yang dicapai. Selanjutnya usaha menggali dan usaha tersebut dapat
dilakukan dengan cara yang lebih formal dan bahkan cenderung bersifat ilmiah,
dalam bentuk diskusi panel, seminar, lokakarya dan lain-lain antar anggota
organisasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil menggali dan
meningkatkan kreativitas itu merupakan umpan balik yang sangat berharga untuk
dipegunakan dalam mengembangkan kegiatan yang menjadikan organisasi semakin
dinamis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar