Sabtu, 12 Mei 2012

www.dinasti Umayyah.com

DINASTI UMAYYAH
A.    Berdirinya Dinasti Umayah
Nama daulah Umayyah berasal dari nama Umayyah Ibn ‘Abdi Syams Ibn ‘Abdi Manaf,[1] yaitu salah seorang dari pemimpin kabilah Quraisy pada zaman jahiliyah[2].  Bani Umayyah baru masuk agama Islam setelah mereka tidak menemukan jalan lain selain memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad bersama beribu-ribu pengikutnya yang benar-benar percaya terhadap kerasulan dan kepemimpinan beliau menyerbu masuk ke dalam kota Makkah.
Memasuki tahun ke 40 H/660 M, banyak sekali pertikaian politik dikalangan ummat Islam, puncaknya adalah ketika terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Thalib oleh Ibnu Muljam. Pembunuh tersebut disinyalir dari golongan Khawarij yang merasa bahwa perpecahan ummat Islam adalah disebabkan oleh tiga orang, yaitu: Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah, dan ‘Amr bin al ‘Ash.
Setelah khalifah terbunuh, kaum muslimin diwilayah Irak mengangkat al-Hasan putra tertua Ali sebagai khalifah yang sah. Sementara itu Muawiyah sebagi gubernur propinsi Suriah (Damaskus) juga menobatkan dirinya sebagai Khalifah. 
Namun karena Hasan ternyata lemah sementara Mu’awiyah bin Abi Sufyan bertambah kuat, maka Hasan bin Ali membuat perjanjian damai yang berisi:
1.    Agar Muawiyah tidak menaruh dendam terhadap seorang pun dari penduduk Irak.
2.    Agar pajak tanah negeri ahwaz diberikan kepada Hasan setiap tahun.
3.    Muawiyah membayar kepada saudaranya Husein sebanyak 2 juta dirham.
4.    Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan penduduk Irak.
5.    Pemberian kepada bani Hasyim haruslah lebih banyak daripada  bani Abdu Syam.
6.    Jabatan sesudah khalifah sesudah Muawiyah harus diputuskan berdasarkan musyawarah diantara kaum Muslimin.
Perjanjian tersebut dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik dibawah pimpinan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Pada tahun 41 H (661 M) merupakan tahun persatuan, yang dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama’ah (‘Am al Jama’ah).
Sepeninggal Rasulullah, Bani Umayyah sesungguhnya telah menginginkan jabatan penggati Rasul (Khalifah), tetapi mereka belum berani menampakkan cita-citanya itu pada masa Abu Bakar dan Umar. Baru setelah Umar meninggal, yang penggantinya diserahkan kepada hasil musyawarah enam orang sahabat, Bani Umayyah menyongkong pencalonan Utsman secara terang-terangan, hingga akhirnya Utsman terpilih. Sejak saat itu mulailah Bani Umayyah meletakan dasar-dasar untuk menegakan Khalifah Umayyah. Pada masa pemerintahan Utsman inilah Mu’awiyyah mencurahkan segala tenaganya untuk memperkuat dirinya, dan menyiapkan daerah Syam (Syiria) sebagi pusat kekuasaanya di kemudian hari.
Oleh Muawiyah ibu kota Negara dipindah dari Madinah ke Damaskus[3], tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. Pemerintahan yang sebelumnya bersifat demokratis dirubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun).Muawiyah memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan terseebut. Dia menyebutnya “khalifah Allah” dalam pengertian penguasa yang diangkat oleh Allah[4].  Kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus berlangsung selama 91 tahun (41 – 132 hijriah atau 661 – 750 M) dengan 14 khalifah yang dimulai dari Umayyah bin Abi Sufyan dan diakhiri Marwan ibn Muhammad.

B.     Pola Pemerintahan Dinasti Umayyah

Untuk mengamankan tahtanya dan memperluas batas wilayah Islam, Muawiyah sangat mengandalkan orang-orang Suriah yang kebanyakan terisi dari bangsa Yaman dan mengenyampingkan umat Islam pendatang dari Hijaz. Para sejarawan mengatakan bahwa orang-orang Suriah itu sangat menjunjung tinggi kesetian terhadap khalifah Bani ini.
Sebagai organisator militer, Muawiyah adalah yang paling unggul diantara rekan-rekan se-zamannya. Ia mencetak bahan mentah yang berupa pasukan Suriah menjadi satu kekuatan  militer Islam yang terorganisir dan berdisiplin tinggi. Ia menghapus sistem pemerintahan yang tradisional, pemerintahan yang berdasarkan kesukuan dan mengadopsi kerangka pemerintahan Bizantium, ia membangun sebuah Negara yang stabil dan terorganisir.
Ketika berkuasa, Muawiyah telah banyak melakukan perubahan besar dan menonjol di dalam pemerintahan negeri waktu itu. Mulai dari pembentukan angkatan darat yang kuat dan efisien, dia juga merupakan khalifah pertama yang yang mendirikan suatu departemen pencatatan (diwanulkhatam)  yang fungsinya adalah sebagai pencatat semua peraturan yang dikeluarkan oleh khalifah, kemudian disalin dalam sebuah daftar yang kemudian yang asli harus disegel dan dikirim ke alamat yang di tuju. Dia juga telah mendirikan diwanulbarid yang memberi tahu pemerintah pusat tentang apa yang sedang terjadi di dalam pemerintahan provinsi. Dengan cara ini, Muawiyah melaksanakan kekuasaan pemerintahan pusat.
Pada 679 M, Muawiyah menunjuk puteranya Yazid untuk menjadi penerusnya, serta memerintahkan berbagai utusan provinsi untuk datang dan mengucapkan baiat. Ketika itulah ia memperkenalkan sistem pemerintahan turun temurun[5] yang setelah itu diikuti oleh oleh dinasti-dinasti besar Islam, termasuk dinasti Abbasiyah. 
Pada perkembangan berikutnya, setiap khalifah mengikuti contoh itu, yaitu menobatkan salah seorang anak atau kerabat sukunya yang dipandang cakap untuk menjadi penerusnya, dan memastikan setiap orang menyatakan sumpah setia kepadanya, diawali dari ibu kota, kemudian diikuti oleh berbagai penjuru kota besar kerajaan.

C.     Ekspansi Wilayah Dinasti Umayyah
Dijaman Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukkan. Disebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai kesungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke Ibu Kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abd Al-Malik, dia menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Baikh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Mayoritas penduduk dikawasan ini kaum Paganis. Pasukan islam menyerang wilayah Asia Tengah pada tahun 41H / 661M. pada tahun 43H / 663M mereka mampu menaklukkan Salistan dan menaklukkan sebagian wilayah Thakaristan pada tahun 45H / 665M. Mereka sampai kewilayah Quhistan pada tahun 44H / 664M. Abdullah Bin Ziyad tiba dipegunungan Bukhari. Pada tahun 44H / 664M para tentaranya datang ke India dan dapat menguasai Balukhistan,Sind, dan daerah Punjab sampai ke Maitan.
Ekspansi kebarat secara besar-besaran dilanjutkan dijaman Al-Walid Ibn Abd Abdul Malik (705M-714M)[6]. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat islam merasa hidup bahagia, tidak ada pemberontakan dimasa pemerintahanya. Dia memulai kekuasaannya dengan membangun Masjid Jami’ di Damaskus. Masjid Jami’ ini dibangun dengan sebuah arsitektur yang indah, dia juga membangun Kubbatu Sharkah dan memperluas masjid Nabawi, disamping itu juga melakukan pembangunan fisik dalam skala besar.
Pada masa pemerintahannya terjadi penaklukan yang demikian luas, penaklukan ini dimulai dari Afrika utara menuju wilayah barat daya, benua eropa yaitu pada tahun 711M. Setelah Al Jazair dan Maroko dapat ditaklukkan, Tariq Bin Ziyad pemimpin pasukan islam dengan pasukannya menyebrangi selat yang memisahkan antara Maroko dengan Benua Eropa dan mendarat disuatu tempat yang sekarang dikenal nama Bibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan, dengan demikian Spanyol menjadi sasaran ekspansi[7].
Selanjutnya Ibu Kota Spanyol Kordova dengan cepatnya dapat dikuasai, menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira, dan Toledo[8] yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova. Pasukan islam memperoleh dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Pada masa inilah pemerintah islam mencapai wilayah yang demikian luas dalam rentang sejarahnya, dia wafat pada tahun 96H / 714M dan memerintah selama 10 tahun.
Dijaman Umar Ibn Ab Al-Aziz masa pemerintahannya diwarnai dengan banyak Reformasi dan perbaikan. Dia banyak menghidupkan dan memperbaiki tanah-tanah yang tidak produktif[9], menggali sumur-sumur baru dan membangun masjid-masjid. Dia mendistribusikan sedekah dan zakat dengan cara yang benar hingga kemiskinan tidak ada lagi dijamannya. Dimasa pemerintahannya tidak ada lagi orang yang berhak menerima zakat ataupun sedekah. Berkat ketaqwa’an dan kesalehannya, dia dianggap sebagai salah seorang Khulafaur Rasyidin. Penaklukan dimasa pemerintahannya pasukan islam melakukan penyerangan ke Prancis dengan melewati pegunungan Baranese mereka sampai ke wilayah Septomania dan Profanes, lalu melakukan pengepungan Toulan sebuah wilayah di Prancis. Namun kaum muslimin tidak berhasil mencapai kemenangan yang berarti di Prancis. sangat sedikit terjadi perang dimasa pemerintahan Umar. Dakwah islam marak dengan menggunakan nasehat yang penuh hikmah sehingga banyak orang masuk islam, masa pemerintahan Umar Bin Abd Aziz terhitung pendek.
Dijaman Hisyim Ibn Abd Al-Malik (724-743M) pemerintahannya dikenal dengan adanya perbaikan-perbaikan dan menjadikan tanah-tanah produktif. Dia membangun kota Rasyafah dan membereskan tata administrasi. Hasyim dikenal sangat jeli dalam berbagai perkara dan pertumpahan darah. Namun dia dikenal sangat kikir dan pelit. Penaklukan dimasa pemerintahannya yang dipimpin oleh Abdur Rahman Al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeau, Poitiers, dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun dalam peperangan yang terjadi diluar kota Tours, Al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Prancis pada tahun 114H / 732M. peristiwa penyerangan ini merupakan peristiwa yang sangat membahayakan Eropa.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik ditimur maupun barat. Wilayah kekuasaan islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, India, dan negeri-negeri yang sekarangdinamakan Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia[10].
Khususnya dibidang Tashri, kemajuan yang diperoleh sedikit sekali, sebab kurangnya dukungan serta bantuan pemerintah (kerajaan) waktu itu. Baru setelah masa khalifah Umar Bin Abd Al-Aziz kemajuan dibidang Tashri mulai meningkat, beliau berusaha mempertahankan perkembangan hadits yang hampir mengecewakan, karena para penghafal hadits sudah meninggal sehingga Umar Bin Abd Al-Aziz berusaha untuk membukukan Hadits.
Meskipun keberhasilan banyak dicapai dinasti ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan Ibn Ali ketika dia naik tahta yang menyebutkan bahwa persoalan pergantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putra mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi dikalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.
D.   Kemajuan Dinasti Umayyah
Pada masa Bani Umayah beberapa kemajuan di bebagai sektor berhasil dicapai. Antara lain dibidang arsitektur, perdagangan, organisasi militer dan seni.
1. Arsitektur
            Pada masa Bani Umayah bidang arsitektur maju pesat. Terlihat dari bangunan-bangunan artistik serta masjid-masjid yang memenuhi kota. Kota lama pun dibangun menjadi kota modern. Mereka memadukan gaya Persia dengan nuansa Islam yang kental di setiap bangunannya.
            Adapun pada masa Walid dibangun sebuah masjid agung yang terkenal dengan sebutan Masjid Damaskus yang diarsiteki oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Sedangkan kota baru yang dibangun di zaman ini adalah Kota Kairawan. Didirikan oleh Uqbah bin Nafi ketika dia menjabat sebagai gubernur.
2. Organisasi militer
            Di zaman ini militer dikelompokkan menjadi 3 angkatan. Yaitu angkatan darat (al-jund), angkatan laut (al-bahiriyah) dan angkatan kepolisian. Kemajuan Sistem Militer adalah salah satu kemajuan yang paling menonjol pada masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah adalah kemajuan dalam system militer. Selama peperangan melawan kakuatan musuh, pasukan arab banyak mengambil pelajaran dari cara-cara teknik bertempur kemudian mereka memadukannya dengan system dan teknik pertahanan yang selama itu mereka miliki, dengan perpaduan system pertahanan ini akhirnya kekuatan pertahanan dan militer Dinasti Bani Umayyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat baik dengan kemajuan-kemajuan dalam system ini akhirnya para penguasa dinasti Bani Umayyah mampu melebarkan sayap kekuasaannya hingga ke Eropa.Secara garis besar formasi kekuatan tentara Bani Umayyah terdiri dari pasukan berkuda, pasukan pejalan kaki dan angkatan laut.
3. Perdagangan
            Setelah Bani Umayah berhasil menaklukkan bebagai wilayah, jalur perdangan jadi semakin lancar. Ibu kota Basrah di teluk Persi pun menjadi pelabuhan dagang yang ramai dan makmur, begitu pula kota Aden.
4. Kerajinan
            Ketika khalifah Abdul Malik menjabat, mulailah dirintis pembuatan tiras (semacam bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan.
5. Imu pengetahuan[11]
1.      Pengembangan bahasa arab
2.      Marbad kota pusat kegiatan ilmu
3.       Ilmu qiraat
4.      Ilmu tafsir
5.      Ilmu hadits
6.      Ilmu fiqhi
7.      Ilmu nahwu
8.      Ilmu jughrafi dan tarikh
9.      Usaha penerjemahan


E.      Keruntuhan Dinasti Umayah
Ada beberapa faktor yang menyebabkan lemah dan membawanya pada kehancuran, yaitu sebagai berikut:[12]
1.      Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab, yang lebih menentukan aspek senioritas, pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
2.      Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak dapat dipisahkan dari berbagai komflik politik yang terjadi di masa Ali, sehimgga sisa-sisa syi’ah (pengikut Ali) dan khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan bani Umayyah.
3.      Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabi Utara (Bani Qais) dan Arab Selatan  (Bani Kalb) yang suda ada sejak zaman sebelum Islam semakin runcing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah sulit untuk menggalang persatuan dan kesatuan.
4.      Sikap mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan takkala mereka mewarisi kekuasaan.
5.      Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abbas Al-Muthalib[13]. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan Syi’ah dan kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintah Bani Umayyah[14] 







DAFTAR PUSTAKA


1.                  Drs. Samsul Munir Amin,M.A.,Sejarah peradaban Islam,2009,hal.13

2.                  Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam III (Jakarta: PT. al-Husna Zikra, 1997), hal.   34.

3.                  Dr. Badri Yatim M.A,sejarah peradaban Islam,2000, hal.48-49

4.      Ahamad Amin, op. Cit.,104

5.      Abu A’lla Al-Maududi,khilafah dan kerajaan,(bandung:Mizan.1984)

6.      Ahmad Al-Usyairi, Sejarah islam sejak zaman Nabi Adam hingga Abad XX,Jakarta:Akbar,2006,hlm.181













[1] . Drs. Samsul Munir Amin,M.A.,Sejarah peradaban Islam,2009,hal.118
[2] . Ahmad Al-Usyairi, Sejarah islam sejak zaman Nabi Adam hingga Abad XX,Jakarta:Akbar,2006,hlm.181
[3] .Dr. Badri Yatim M.A,sejarah peradaban Islam,2000,hal.43
[4] .Abu A’lla Al-Maududi,khilafah dan kerajaan,(bandung:Mizan.1984)
[5].Dr. Badri Yatim M.A,sejarah peradaban Islam,2000,hal.43
[6] .Dr. Badri Yatim M.A,sejarah peradaban Islam,2000,hal.43
[7] . Dr. Badri Yatim M.A,sejarah peradaban Islam,2000,hal.43
[8] . Drs. Samsul Munir Amin,M.A.,Sejarah peradaban Islam,2009,hal.131
[9] .Ahamad Amin, op. Cit.,104
[10] .Drs. Samsul Munir Amin,M.A.,Sejarah peradaban Islam,2009,hal.129
[11] . Drs. Samsul Munir Amin,M.A.,Sejarah peradaban Islam,2009,hal.135
[12] . Drs. Samsul Munir Amin,M.A.,Sejarah peradaban Islam,2009,hal.137
[13] . A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam III (Jakarta: PT. al-Husna Zikra, 1997), hal. 34.
[14] . Dr. Badri Yatim M.A,sejarah peradaban Islam,2000, hal.48-49

Tidak ada komentar:

Posting Komentar