A. BIOGRAFI ABDULLAH NASIH ‘ULWAN Syeikh Abdullah Nasih `Ulwan, dilahirkan di Kota Halb; Syria pada tahun 1928. Beliau menyelesaikan pengajian ibtidaiyyahnya pada tahun 1943 dan thanawiyyah syar'iyyah pada tahun 1949. Kemudian beliau berangkat ke Mesir dan menuntut di Al-Azhar Asy-Syarif. Beliau memperoleh darjah `alamiyah dari Fakulti Usuluddin pada tahun 1952. Kemudian beliau meneruskan Dirasat `Ulya untuk memperolehi syahadah ilmiyyah dalam bidang `tarbiyyah'. Beliau adalah seorang yang bergiat cergas dalam gerakan Islam, mengabdikan diri untuk dakwah dan ber¬gabung dengan lkhwan Muslimun. Beliau berhubung erat dengan Asy-Syahid Abdul Qadir `Audah, Sayyid Qutb dan Al-Ustaz Abdul Badi' Shaqar (Rahimahumullah Jami'an). Di dalam penjara, beliau menyelesaikan pengajiannya dan memperolehi syahadah tinggi dalam bidang pengajaran pada tahun 1954, iaitu sebelum dibuang ke Syria. Beliau bertugas
MENGAPA WANITA MUDAH MENANGIS
Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. “ Ibu, mengapa ibu menangis?”. Ibunya menjawab. “ Sebab aku wanita”. “ Aku tak
mengerti” kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. “ Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti…”
Kemudian anak itu bertanya kepada ayahnya. “ Ayah kenapa ibu menamgis?, Ibu menangis tanpa sebab yang jelas”. Sang ayah menjawab, “ semua wanita memang sering menangis tanpa alasan.” Hanya itu jawaban yang bias diberikan ayahnya. Sampai kemudian anak itu tumbuh menjadi remaja, ia tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Hingga pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan,” Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?”
dalam mimpinya ia merasa seolah Tuhan menjawab, “ Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut, untuk menahan kepala bayi yang sedang tidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau kerap berulang kali ia menerima cerca dari anak itu. Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat semua orang sudah putus asa.
Kepada wanita, Kuberikan kesabaran untuk merawat keluarganya walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih saying untuk mencintai semua anak-anaknya dalam kondisi dan situasi apapun. Walau ucapkali anak-anaknya itu melukai perasaan dan hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberi kehangatan pada bayi-bayi yang mengantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab bukan hanya tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak.
Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi.
Dan akhirnya Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapan pun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya air mata ini adalah air mata kehidupan
Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. “ Ibu, mengapa ibu menangis?”. Ibunya menjawab. “ Sebab aku wanita”. “ Aku tak
![menangis](http://iteak.files.wordpress.com/2011/05/menangis1.jpeg?w=600)
Kemudian anak itu bertanya kepada ayahnya. “ Ayah kenapa ibu menamgis?, Ibu menangis tanpa sebab yang jelas”. Sang ayah menjawab, “ semua wanita memang sering menangis tanpa alasan.” Hanya itu jawaban yang bias diberikan ayahnya. Sampai kemudian anak itu tumbuh menjadi remaja, ia tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Hingga pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan,” Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?”
dalam mimpinya ia merasa seolah Tuhan menjawab, “ Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut, untuk menahan kepala bayi yang sedang tidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau kerap berulang kali ia menerima cerca dari anak itu. Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat semua orang sudah putus asa.
Kepada wanita, Kuberikan kesabaran untuk merawat keluarganya walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih saying untuk mencintai semua anak-anaknya dalam kondisi dan situasi apapun. Walau ucapkali anak-anaknya itu melukai perasaan dan hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberi kehangatan pada bayi-bayi yang mengantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab bukan hanya tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak.
Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi.
Dan akhirnya Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapan pun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya air mata ini adalah air mata kehidupan