Senin, 28 Mei 2012

Irsyad Manji, Lady Gaga, dan Iman Kiai Aqil
Sesungguhnya kebaikan dan keburukan akan selalu ada. Begitupula para pendukung al-Haq dan penyuara al-Batil akan selalu bersuara demi apa yang mereka yakini. Umat sejati pastilah menolak kebatilan. 
“Tamu-tamu” tidak Penting
Kedatangan Irsyad Manji awal mei lalu menimbulkan reaksi beragam dari masyarakat Indonesia. Ada yang pro ada pula yang kontra bahkan ada yang tidak ambil pusing. Padahal jelas-jelas bahwa Manji adalah pelaku dan pengkampanye aktif lesbianisme. Manji juga merupakan penghujat Nabi Muhammad SAW melalui bukunya Beriman Tanpa Rasa Takut. Sepertinya Manji mengambil pandangan Salman Rusdie, tokoh yang dihukumi kafir oleh Ayatollah Khoemeni karena menghujat Nabi Muhammad tentang ayat-ayat setan yang konon dihapuskan dari dalam al-Qur’an.
Setali tiga uang dengan kedatangan Manji, rencana Lady Gaga untuk mangung di Jakarta mendapat perhatian yang intens dari masyarakat. Publik kembali ramai. Berbagai kalangan melontarkan argumentasi masing-masing golongan. FPI, FUI, HTI, IMHI, Muhammadiyah dan banyak lagi kalangan Islam menolak dengan tegas rencana kedatangan perempuan yang dijuluki Mother Monster ini. Bahkan kepolisian khususnya Polda Metro Jaya memberi persyaratan yang berat untuk promotor konser jika ingin Gaga tetap manggung.
Sayangnya tidak semua kalangan Islam menolak kedatangan Gaga. Kiai sekaligus ketua umum PBNU, Said Aqil Siraj justru menyatakan hal yang kontroversial : “Sejuta Lady Gaga yang datang ke Indonesia tidak akan mampu menggoyahkan iman warga NU, apalagi ini satu orang". Ia bahkan menambahkan bahwa karya-karya Gaga tidaklah haram (Tempo.co Selasa, 22 Mei 2012). Padahal sudah menjadi umum bahwa dalam lirik-lirik lagu Gaga terselip kampanye Lesbianisme, homoseksual, transgender dan pemujaan setan. 
Meskipun posisinya saat ini adalah ketua umum PBNU. Kiai Aqil sepertinya semakin lekat dengan kontroversi. Hal ini membuat bingung umat. Bagaimana mungkin seorang kiai yang memimpin organisasi Islam terbesar di Indonesia mendukung berlangsungnya kemungkaran di negerinya. Bagaimana mungkin mantan Menteri Agama menyatakan kampanye lesbian, gay, transgender dan pemujaan setan bukan merupakan hal yang dilarang agama.  
Kemungkaran? Lawan!
Banyak kalangan yang mendukung datangnya Manji ke Indonesia berdalih bahwa itu merupakan hak warga Negara sebagai manifestasi dari kebebasan yang diberikan demokrasi. Demokrasi diartikan kebebasan yang sebebas-bebasnya. Bahwa pelarangan terhadap diskusi buku adalah bentuk pelanggaran dan penghianatan pada nilai-nilai demokrasi. 
Kebebasan tanpa batas, itulah yang dipahami dari berlangsungnya demokrasi. Masyarakat yang tertipu akan terjerembab dan lupa akan batas-batas yang seharusnya dipegang teguh. Kedatangan Manji dan Gaga sudah selayaknya ditolak demi maslahat umat. Karena jelas Allah telah memerintahkan umat yang beriman untuk menyeru pada yang Haq dan mencegah daripada yang Mungkar sebagaimana yang difirmankan Allah dalam (Al-Imron :110) : "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik". 
 Jikapun berbicara keindonesiaan, maka nilai-nilai yang diperkenalkan Manji dan Gaga sama sekali tidak relevan untuk diterapkan di Indonesia. Indonesia bukan merupakan kawasan Homo dan Lesbi. Indonesia juga bukan tempat “jualan celana dalam” dan erotisme.  
Polda Metro yang memiliki otoritas penuh atas keamanan koser juga bertindak tepat dengan tidak memberi jaminan keamanan. Meskipun belakangan terlihat agak goyah namun langkah ini patut diapresiai dan merupakan langkah maju memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki untuk mencegah menebarnya kemungkaran.
Ingatkah Kita
Apa yang kita baca dalam (al-A'raaf: 81). "Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas,". Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah r.a, ia berkata, "Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya perkara yang paling aku takutkan atas ummatku adalah perbuatan kaum Luth (homoseksual)," (Hasan, HR at-Tirmidzi [1457]).
Lalu apa yang telah direnungkan tentang bencana bagi kaum Luth? Tidak cukupkan bukti-bukti yang ditunjukkan sejarah untuk menyadarkan kita? Atau manusia memang sudah bebal dan tak ingat lagi akan pesan-pesan dari Sodom dan Gomorah?
Manusia yang mencintai negerinya dan yakin bahwa negerinya adalah karunia dari Tuhannya tentulah tidak mau jika negerinya itu ditimpakan azab. Sebagaimana nabi Luth dahulu. Namun jika umat sudah mulai bebal maka harus ada yang mengingatkan. Jika kemungkaran merajalela maka harus ada yang mencegah. Lalu pada pihak manakah kita? Pada jalan kiai Aqil atau pada garis nahi munkar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar